Perayaan Yadna Kasada Suku Tengger Tahun 2011

Tosari - Perayaan Yadna Kasada Suku Tengger tahun ini terasa sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain bersamaan dengan Ramadan untuk kedua kalinya,Yadna Kasada kali ini dirayakan seusai Gunung Bromo meletus dan mengeluarkan material abu vulkanik.
Meski begitu,Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pasuruan Agung Maryono menyatakan, perubahan alam tidak akan memengaruhi kesakralan perayaan Yadna Kasada, yang puncaknya akan berlangsung pada Minggu (14/8). Yadnya Kasada merupakan
Klick
Hari Raya Kurban Suci ke Kawah Suci Gunung Bromo.
Kurban ini sebagai persembahan kepada arwah leluhur putra bungsu Raden Joko Seger dan Roro Anteng yang bernama Raden Kusuma. Dari segi kepariwisataan, perayaan Yadna Kasada ini memiliki nuansa yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Latar belakang abu vulkanik yang menyembur dari kawah Gunung Bromo akan menjadi daya tarik bagi wisatawan.
”Masyarakat bisa mengabadikan perayaan Yadna Kasada ini dari view pointdi Puncak Penanjakan, Tosari, Kabupaten Pasuruan. Selain itu, wisatawan akan menikmati keindahan pemandangan matahari terbit (sunrise) yang sangat ditunggu- tunggu.
Puncak upacara Yadnya Kasada tahun 2011 di Gunung Bromo merupakan ujian terberat bagi warga suku Tengger "Brang Kulon" (yang ada di sisi barat) gunung api setinggi 2392 mdpl yang meliputi Pasuruan, dan Malang, Jawa Timur.
Jalan-jalan puncak Gunung Bromo rusak parah. Kerusakan terparah di antaranya ruas jalan antara Dingklik - Pakis Bincil, serta jalan di tengah lautan pasir di tengah kaldera Gunung Bromo, kata Camat Tosari, Sudiro, di temui di Tosari, Minggu (14/8) malam .
Ruas jalan antara Dingklik - pakis Bincil di Desa Wonokitri, Tosari rusak parah. Hampir seluruh aspalnya terkelupas, bahkan sebagian badan jalannya ada yang sempat longsor pascaerupsi.
Ia menyebutkan, jalan yang sempat putus tersebut telah diperbaiki warga secara gotong royong, sehingga mobil gardan ganda sudah bisa melewatinya.
Namun, jalan di tengah laut pasir juga masih rusak akibat munculnya alur sungai yang memotong jalan di tengah kaldera Gunung Bromo. Pengunjung yang akan melintasi lautan pasir Gunung Bromo harus melewati jalan baru dengan cara melingkar.
Sementara jalan baru tersebut kondisi tanahnya masih labil, sehingga kendaraan yang masuk laut pasir lewat Pasuruan dibatasi hanya mobil gardan ganda, serta sepeda motor, kecuali bagi warga suku Tengger yang akan melaksanakan ibadah masih diizinkan masuk.
Wakil Bupati Pasuruan Eddy Paripurna, memberikan apresiasi kepada warga suku Tengger yang masih tetap memegang teguh kerukunan, dan sikap kegotongroyongan yang diwariskan nenek moyang hingga generasi sekarang. Sikap warga suku Tengger tersebut patut dijadikan teladan.
Eddy berjanji memperbaiki jalan-jalan yang rusak di kawasan Gunung Bromo. Jalan tersebut akan segera diperbaiki dalam tahun anggaran 2011 ini dengan dana sebesar Rp1 miliar dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Diakui, jalan-jalan yang rusak di kawasan Gunung Bromo merupakan jalan kabupaten. Namun dari sisi fungsi, jalan yang berada di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru tersebut, merupakan jalan wisata lintas daerah, baik Pasuruan, maupoun Probolinggo.
Ruas jalan antara Dingklik - Pakis Bincil - lautan pasir merupakan jalan wisata bagi wisatawan yang berkunjung ke Gunung Bromo, sebaliknya juga menjad jalan wisata bagi wistawan yang masuk lewat Probolinggo menuju Puncak Penanjakan.
Warga suku Tengger baik dari Brang Kulon (Pasuruan, dan Malang), maupun "Brang Wetan" (Probolinggo, dan Lumajang) melaksanakan puncak Yadnya Kasada di Pura Luhur Poten, Senin (15/8) dini hari yang dilanjutkan dengan labuh sesaji di pucak Gunung Bromo.
Namun, sebelum berangkat ke puncak Gunung Bromo tengah malam, masing-masing warga suku tengger melaksanakan resepsi Yadnya Kasada 2011 di masing-masing desa. Warga suku Tengger Brang Kulon melaksnakan resepsi di Pendapa Agung Wonokitri, sedangkan warga suku tengger Brang Wetan melaksnakan di pendapa Ngadisari.
Resepsi Yadnya Kasada di Wonokitri hanya dihadiri para pejabat di lingkungan Pemerintah Kabupaten Pasuruan, sedangkan di Ngadisari Probolinggo dihadiri Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal (PDT), Helmy Faishal Saini, dan Dirjen Pengembangan Destinasi Kepariwisataan, Firmansyah Rahim, keduanya juga dikukuhkan sebagai warga kehormatan suku Tengger.

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungan Anda.
Kalau Anda menyukai Blog ini, tolong tinggalkan komentar yach...