EPISODE KETURUNAN JOKO SEGER DAN LORO ANTENG

Setelah kembalinya Joko Seger dan Loro Anteng ke Kadipaten Wengker , dan Setyowati dan Setuhu menetap di kawasan Gunung Bromo tepanya di Banyu Pakis .Pada masa ini sudah terjadi kelompok – kelompok masyarakat yang mendiami kawasan Bromo yang lebih dikenal dengan karang pedukuhan.Selanjutnya Setyowati dan setuhu dikenal juga dengan sebutan Kaki  omah dan Nini omah.
 Pada waktu  Joko Seger  dan Loro Anteng melakukan perjalanan dalam rangka semedi di daerah Oro Oro Ombo tersebut,Joko Seger dan Loro Anteng  membuat  Tetenger   ( semacam catatan perjalanan beserta  perlengkapan serta   mantra – mantra selama mereka melakukan ritual semedi )  yang dimasukkan didalam Jhodang ( terbuat dari kayu ) dan ditanam disekitar daerah  Oro  Oro  Ombo   ( Gunung Bromo ) .

 Yang  selanjutnya  Jhodang  tersbut dikenal oleh masyarakat Tengger sebgai Jhodang Wasiat  yang berisikan Jimat Klontong (  kisah perjalanan Joko Seger dan Loro Anteng ) dan Mantra – mantranya dikenal dengan  mantra Purwo Bumi ( yang    dipakai oleh Dukun Tengger  dalam Upacara Adat Tengger ).

Pada waktu kerajaan Majapahit diperintah oleh Raja Prabu Brawijaya  III ,dikawasan Bromo ini sudah bermunculan pedukuhan –  pedukuhan  yang dipimpin oleh   keturunan  Setyowati ( Nini Omah )    dan Setuhu ( Kaki Omah ) dan juga keturunan putra Joko Seger lainnya.Diantara nama – nama pedukuhan tersebut  adalah Wanangkara   dipimpin   oleh  Dap Ledok ,Jetak dipimpin oleh Sarinoto , Ngadisari dipimpin oleh Ki Dero , dan Pusung Gede  ( sekarang Wana kersa ) dipimpin Ki  Rebek , Pedukuhan Palu Ombo dipimpin oleh Sarijoyo dibantu Dadung Pring dan pedukuhan  Jemplang  dipimpin oleh Kek  Sedek. Sementara sebagai pusatnya adalah kawasan Gunung Bromo yang dipimpin oleh Dadap Putih.

Dalam  memerintah Kerajaan Majapahit ,Raja Prabu Brawijaya  III menginginkan  Kerajaannya  kuat dan mampu  melebarkan kekuasaannya dengan cara menguasai kerajaan – kerajaan  yang ada di Pulau Jawa maupun dil Luar  Pulau Jawa pada saat itu. Berbagai upaya telah dilakukan,mulai menyusun kekuatan pasukan sampai dengan pencarian pusaka – pusaka yang ampuh sebagai bekal tameng kerajaan. Dalam usaha pencarian tersebut Raja Prabu Brawijaya juga melakukan semedi , salah satu wangsit yang diperoleh melalui semedinya adalah Prabu Brawijaya III disuruh mengambil Pusaka Jimat Klontong ,Akhirnya Prabu Brawijaya III  menyuruh Joko Rawit untuk mencari Jimat Klontong .Joko Rawit pergi mengembara mencari Jimat klontong sampai dipuncak  Gunung Arjuno ,tetapi usaha Joko Rawit tidak dapat menemukan Jimat Klontong . Dalam pengembaraannya , Joko Rawit telah menghabiskan waktunya sampai bertahun – tahun ,sehingga nama Joko Rawit  di ganti menjadi Joko Lelono.Selanjutnya Joko Lelono melakukan semedi di puncak Gunung Arjuno,dalam Semedinya Joko Lelono didatangi oleh kakaknya Prabu Brawijaya Pandan Alas.Joko Lelono diberi petunjuk ,bahwa Jimat Klontong berada di daerah Gunung Bromo.

Tahu daerah Gunung Bromo di Jelajahi oleh Prabu Brawijaya III dalam rangka mencarai Jimat Klontong, Ki Dadap Putih sebagai penguasa daerah  Gunung Bromo tidak tinggal diam.Maka dikumpulkanlah pemimpin – pemimpin pedukuhan yang tidak lain adalah saudara – saudaranya sendiri,yang juga sekaligus pewaris Jimat Klontong  peninggalan  Joko Seger dan Loro Anteng. Akhirnya terbentuklah tiga kelompok  yang masing masing adalah kelompok  Palu Ombo beranggotakan Ki Sarijoyo , Ki  Dadung Pring , Ki Umbut  legi dan Ki Ireng ,sedangkan kelompok Wanangkara  beranggotakan  Ki Sarinoto , Ki Dero , Ki Dap Ledok dan Ki  Rebek ,sementara  Ki Sedek sendirian mewakili kelompok Njemplang. Adapun sebagai pemimpin  ketiga kelompok ini adalah Ki Dadap Putih sendiri.

Usaha  Pencarian Jhodang Wasiat yang berisi Jimat Klontong tidak mudah yang dibayangkan,walaupun sudah ada gambaran dari Prabu Brawijaya III .Siang dan malam mereka terus mencari dan mencari. Setelah menelusuri hampir seluruh daerah Oro – Oro Ombo  kelompok berhenti karena dikejutkan oleh matinya  godok yang mereka bawa, tetapi kelompok belum memahami arti kejadian tersebut ,setelah di hidupkan kembali kelompok berangkat lagi untuk mencari lokasi Jodhang Wasiat.

Kejadian  matinya godok  yang dibawa oleh kelompok ini terjadi sampai tiga kali ditempat yang sama ,akhirnya Ki Dadap Putih sebagai pimpinan kelompok mengatakan bahwa ini adalah   Tetenger / Tenger  ( tanda ) dan melakukan Lelaku ( semacam memohon petunjuk ) .


 Dalam lelakunya Ki Dadap Putih mendapatkan petunjuk untuk menggali tanah di tempat itu. Setelah mendapatkan petunjuk kelompok  langsung memutuskan menggali  tanah  di tempat  matinya godok tersebut, ternyata benar  mereka menemukan  dua buah benda yang terbuat dari kayu ,tetapi bentuknya berbeda , yang satu berbentuk Bumbung dan yang satunya berbentuk kotak  empat persegi panjang ( kepis).

Lagi – lagi mereka  mendapatkan kendala,usaha mengangkat Jhodang Wasiat tidaklah mudah,Usaha pertama adalah mengangkat Jhodang Wasiat tersebut dengan cara beramai – ramai ( semua kelompok ) ,tetapi hasilnya Jhodang tidak terangkat.Usaha kedua dilakukan dengan cara membagi dengan kelompok yang ada, karena dari tiga kelompok ini yang mempunyai anggota  hanya dua yaitu  kelompok nya Ki Sarinoto dan kelompok nya Ki Sarijoyo, maka kelompok nya Ki Sedek hanya melihat saja mendampingi Ki Dadap Putih. Waktu melakukan usaha pengangkatan Jhodang tersebut kelompok nya Ki Sari Joyo mengangkat Jhodang yang berbentuk Kotak empat persegi panjang ,sedang kelompok nya Ki Sari Noto mengangkat Jhodang yang berbentuk bumbung , tetapi Jhodang Wasiat masih tidak bergeser sedikitpun ,akhirnya mereka saling tukar posisi, kelompok nya Ki Sari Noto mengangkat Jhodang yang berbentuk Kotak empat persegi panjang ,sedang kelompok nya Ki Sari Joyo mengangkat Jhodang yang berbentuk bumbung ,dan ternyata Jhodang berhasil di angkat .
 Kemudian  kedua buah  Jhodang tersebut di bawah oleh masing – masing  kelompok ,dan Ki Dadap Putih mewasiatkan kepada Ki Sari Joyo untuk menyimpan Jhodang Wasiat tersebut di wilayah  dan diberi nama Brang  Kulon sedangkan Ki Sari Noto  membawanya ke dearahnya yang disebut  Brang Wetan.

Pada waktu usaha melakukan pencarian Jhimat Klontong yang di tandai dengan matinya godhok (Obor dari bambu) sampai tiga kali itulah Ki Dadap Putih mengatakan bahwa ini adalah   Tetenger / Tenger  ( tanda ) .Dari kata Tenger inilah lahir  nama Tengger .

0 comments:

Post a Comment

Terimakasih atas kunjungan Anda.
Kalau Anda menyukai Blog ini, tolong tinggalkan komentar yach...