Selama mengarungi bahtera
rumah tangga sebagai pasangan suami istri , tidak luput dari berbagai
permasalahan hidup dan cobaan salah satunya adalah belum mendapatkan
keturunan.Sampai satu windu lamanya Joko Seger dan Loro Anteng tidak dikarunia
keturunan.Sampai akhirnya keduanya sepakat untuk melakukan semedi di Sanggar
Pamujan . Dalam semedinya,mereka mendapatkan beberapa petunjuk yang isinya
bahwa Joko Seger dan Loro Anteng telah membuat suatu kesalahan yang menyebabkan
mereka tidak dikaruniai anak untuk menebus kesalahannya Joko Seger dan Loro
Anteng harus mengadakan selamatan sepasar pada bulan Manggastri, mengadakan
selamatan sedulur papat kalima badan dan mengadakan sesuci serta melaksanakan
talak brata selama empat puluh hari empat puluh malam dari petunjuk inilah semua upacara yang
dilaksanakan oleh Joko Seger dan Loro Anteng menjadi cikal bakal dari
pelaksanaan upacara adat Pujan Kapat sampai Megeng Dukun pada ulan
Palguno ( Kapitu ) dimana para dukun mengadakan Talak brata untuk
mengadakan penyucian diri dan mengasah japa mantranya.Selesai melakukan Talak
Brata Dukun melaksanakan pujan (kawolu).
Dalam melakukan Talak Brata
ini Joko Seger dan Loro Anteng diberikan petunjuk apabila mereka ingin mempunyai
keturunan mereka harus bersemedi di gunung yang diselimuti kabut rata di daerah
oro-oro ombo,yang kemudian oleh Joko Seger
dinamakan kawasan Gunung Bromo ( yang sekarang dikenal lautan pasir dan
Gunung Bromo ).
Setelah turun dari semedinya Joko
Seger dan Loro Anteng segera mengadakan persiapan untuk mengadakan perjalanan
menuju daerah Oro-oro Ombo, perjalanan dimulai menuju ke arah timur, sampailah
mereka di hutan belantara, karena keadaan yang sudah malam mereka menginap di
hutan itu,mereka berteduh dibawah pohon Lo,
tiba-tiba seekor singa dan seekor
kera mendekati dan akan menyerang mereka, dengan keampuhan pusaka Kyai Gliyeng
kedua hewan tersebut akhirnya menjadi jinak dan daerah itu diberi nama Lodaya.
Perjalanan mereka kemudian diteruskan ,Joko Seger dan Loro Anteng dihadang oleh
seekor macan yang sangat galak, terjadilah pertarungan antara Joko Seger dan
macan tersebut sampai akhirnya Joko Seger dapat mengalahkan macan itu dan oleh
Joko Seger daerah itu dinamakan Gembong (asal dari macan gembong, nama gembong
adalah asal-usul Pasuruan). Perjalanan kemudian diteruskan ke arah timur Joko
Seger dan Loro Anteng singgah di Dukuh Grati kemudian meneruskan perjalanan
sampailah di suatu tempat,mereka berdua mencium bau yang tidak sedap kemudian
daerah tersebut dinamakan Mbanger (banger dalam bahasa jawa berarti bau yang
tidak sedap/tidak enak) Mbanger inilah yang merupakan cikal bakal daerah
Probolinggo. Setelah itu Joko Seger dan Loro Anteng meneruskan perjalanan,
ditengah perjalanan mereka melihat gunung yang sangat tinggi, letusannya sampai
terdengar keseluruh daerah, gunung itulah yang dinamakan gunung songgo langit
atau puncak pesangit (Gunung Semeru ; gunung tertinggi di pulau jawa). Satu
bulan perjalanan sampailah pada bulan Pandrawan Joko Seger dan Loro Anteng
berjalan naik dan tiba di suatu hutan belantara mereka melihat pohon pisang
berdaun tebu dan bunganya bunga jambe sedangkan buahnya adalah kelapa
muda,mereka merasa heran akan keberadaan pohon pisang itu dan menamakan pohon
pisang itu dengan Tuwuhan dan daerah tersebut dinamakan Jurang Penganten.
Kemudian mereka berjalan naik,dan melihat hutan yang ditumbuhi oleh pohon kecil
seperti tembakau, daerah itu dinamakan Pomahan Bako, sampai di atas puncak
bukit Joko Seger dan Loro Anteng pada suatu malam melihat ada keramaian orang
yang membawa obor akan tetapi setelah didekati ternyata hanyalah batu-batu
diatas air yang memantulkan sinar bulan sehingga terlihat seperti banyak orang
yang membawa obor, daerah tersebut kemudian dinamakan Watu Kutha (Batu Kota).
Pada tengah malam Joko Seger dan Loro Anteng melihat daerah Oro-oro Ombo,
mereka segera mempersiapkan diri untuk bersemedi.
Dari perjalanan yang sangat
panjang dan banyak menemui kendala dan rintangan itu,sampailah Joko Seger dan
Loro Anteng di Oro Oro Ombo.Seperti apa yang telah diterima didalam bunyi
wangsit itu, Joko Seger dan Loro Anteng melakukan semedi.
Persemedian Joko Seger dan Loro
Anteng tidaklah sia – sia,mereka berdua mendengar suara gaib yang berasal dari
Gunung di Oro Oro Ombo tersebut . Bahwa Joko Seger dan Loro Anteng
telah lulus uji dalam
melakukan Lelaku ( bersemedi ) dalam rangka memohon diberi
keturunan , oleh karena itu engkau akan dikarunia anak sebanyak dua puluh lima
orang dalam waktu selama empat puluh empat tahun.Namun ada syarat yang harus
dipenuhi oleh Joko Seger dan Loro Anteng yaitu harus merelakan anak yang
terakhir ( ke 25 ) untuk tinggal di gunung Bromo. Setelah mendapatkan petunjuk
dari Bethara Brama Joko Seger dan Loro Anteng kembali ke Kadipaten Wengker.
Selama kurun waktu kurang lebih
enam belas tahun Joko Seger dan Loro Anteng dikaruniai sembilan anak,yang
diberi nama Joko Ringgit,Dewi Sintawiji,Joko Klinthing,Hadi Kawit,Dewi
Jating Jinah,Ical (Hilang),Joko Linggapati,Cokro Aminoto,Tunggul Wulung.
Pada saat melahirkan anak yang kesembilan tiba-tiba terjadi hujan yang sangat
lebat awan gelap dan petir yang menyambar, melihat kejadian ini Joko Seger
segera bersemedi memohon petunjuk dari yang maha kuasa, dalam semedinya Joko
Seger didatangi Bethara Brama yang menyampaikan petunjuk bahwa Joko Seger telah
membuat suatu kesalahan ,selama enam belas tahun lamanya Joko Seger dan
keluarganya tidak pernah berkunjung ke Gunung Bromo, untuk menebus kesalahannya
Joko Seger harus mengadakan selamatan Bumi Purwa dan melakukan Tuwah Oengkek di
kawah Gunung Bromo.
Setelah kurang lebih dua puluh
tahun usia Joko Ringgit anak yang pertama Joko Seger dan loro Anteng dikaruniai
lagi enam orang anak yaitu anak yang kesepuluh sampai yang ke lima belas yang
bernama Joko Penojati,Joko Bagus Waris,Joko Danureksa,Pranata,Praniti Dan
Tunggul Ametung. Pada saat melahirkan anak yang ke limabelas terjadi
suatu keanehan bayi dalam kandungan Loro Anteng tidak bisa keluar selama tiga
hari tiga malam, melihat keganjilan ini Joko Seger mengadakan semedi untuk
memohon petunjuk yang maha Agung,dalam semedinya Joko Seger didatangi Bethara
Narada yang memberikan petunjuk agar Joko Seger menepati janjinya yaitu dengan
menyuruh anak-anaknya yang sudah besar untuk bertapa di kawasan lereng Gunung Bromo,
kemudian Joko Seger turun dari Sanggar Pamujan untuk melaksanakan petunjuk
Bathara Narada itu dengan menyuruh anak-anaknya bertapa di lereng Gunung
Bromo.Joko Ringgit bertapa di Gunung lawu dan Gunung Ringgit, Dewi Sintawiji
bertapa di Gowa Sewu Telaga Cakra Gunung Midangan,Joko Klinthing bertapa di
Pusung (Puncak) Tengking,Hadi Kawit bertapa di telaga Gunung Sumber Semanik
mencari Manik Manilem,Dewi Jating jinah
bertapa di Midangan Gunung Kursi,Ical (hilang dalam kandungan) telah bersemayam
di Banyu Tes Jurang Peranten,Joko Linggapati bertapa di Lingga Buana Gunung
Lingga,Cokro Aminoto bertapa di Indrakila Gunung Gendero,Tunggul Wulung bertapa
di pintu masuk kawah Gunung Bromo dan Joko Penajati bertapa di Batu Ondo Gunung
Penanjakan. Setelah menyampaikan pesan kepada anak-anaknya lahirlah bayi dalam
kandungan Loro Anteng.
Dalam masa kurang lebih tiga puluh
dua tahun Dewi Loro Anteng melahirkan lagi anak yang ke enam belas sampai anak
yang ke dua puluh lima yaitu Raden Mesigit,Puspo Gading,Setyowati,Dadung
Awuk,Raden Dumeling,Sindu Jaya,Raden Sambar Angin,Hadi Jengkat,Hadiningrat dan
Hadi Kusuma. Sesuai dengan perjanjian diwaktu bersemedi di Oro-oro Ombo anak
yang ke dua puluh lima dibawa terbang oleh api yang membara ke Gunung Bromo. Dengan
kejadian ini Joko Seger memberikan pesan kepada semua anaknya, inilah takdir
yang harus diterima dan memerintahkan kepada semua keturunanya untuk
mengunjungi saudaranya yang bungsu ke Gunung Bromo setiap bulan Asuji dengan
membawa sesajen dan bekal makanan dan hasil bumi untuk diberikan kepada Kusuma
yang berada di Gunung Bromo. Peristiwa ini kemudian dijadikan cikal bakal
upacara Adat Kasada. Dalam pesannya kepada anak-anaknya Joko
Seger juga memberikan tugas kepada Setyowati dan Setuhu untuk menjaga adiknya
Kusuma yang berada di Gunung Bromo, Setyowati dan Setuhu disuruh berdiam di
Banyu Pakis dan anak Joko Seger lainya disuruh bertapa di lereng Gunung Bromo.
Baca juga cerita selanjutnya dalam EPISODE KETURUNAN JOKO SEGER DAN LORO ANTENG
0 comments:
Post a Comment
Terimakasih atas kunjungan Anda.
Kalau Anda menyukai Blog ini, tolong tinggalkan komentar yach...